Pemerkosaan Bukan Karena Pakaian

"Pemerkosaan tidak terjadi karena pakaian". Itulah yang ingin disampaikan sebuah pameran di Brussels, Molenbeek, Belgia.

Bertajuk 'Is it my fault?' (Apa ini salahku?), pameran itu ingin menentang mitos bahwa pakaian adalah faktor kejahatan seksual yang kejam. Memang, pakaian mini sering disebut-sebut penyebab terjadinya pemerkosaan. Padahal, pemerkosaan tidak hanya terjadi karena itu.

Lokasi pameran Is it my fault. (foto: Metro)

Beragam baju seperti piyama, gaun, hingga celana panjang yang menutup aurat dipamerkan di sana. Ini bukti yang ingin disampaikan oleh CAW East Brabant, sebuah organisasi pembela korban, yang menggelar acara itu.

Lieshbeth Kennes, seorang karyawan pelatihan dan konseling dari CAW, mengatakan bahwa baju-baju itu sangat wajar jika dipakai siapa pun.

"Bahkan ada kemeja anak-anak bergambar 'My Little Pony', yang juga punya kenangan pahit (pernah jadi saksi bisu perkosaan)," kata Kennes, seperti dikutip dari Metro, Senin (15/1/2017).

Perempuan itu mengatakan, korban pun masih dipersalahkan akibat apa yang mereka kenakan. Seakan-akan mereka harus bertanggung jawab atas apa yang terjadi pada mereka.

Sebagai contoh, seorang perempuan dituduh mengenakan pakaian menggoda. Tidak hanya pakaian, pulang larut malam pun disalahkan.


"Hanya satu orang yang harus bertanggung jawab, satu orang yang bisa mencegah pemerkosaan, yaitu pelaku itu sendiri (bukan korban)," kata Kennes.


Masalah pemerkosaan memang marak di berbagai negara. Berbagai aturan tampaknya sulit mencegah hal ini.

Salah satu negara yang sangat bermasalah soal itu ialah India. Pada 2004 saja, terdapat 18.000 kasus pemerkosaan. Jumlah ini terus meningkat hingga tahun 2013 sebanyak 34.000.

Data terakhir pada 2015, angka pemerkosaan menurun hingga 35.000 kasus, meski sempat menyentuh 37.000 di tahun sebelumnya. Jika dirata-rata, terdapat 92 pemerkosaan setiap harinya.

Salah Kaum Hawa? 

India bisa dibilang sedang gawat darurat untuk masalah perkosaan. Namun seorang politikus wanita India, Asha Mirge, anggota partai Nationalist Congress Party (NCP), menyalahkan kaum Hawa atas pemerkosaan.

Dr Asha Mirge (foto: eprahaar.in)

Baginya, pakaian yang dikenakan wanita dan tingkah laku merekalah yang patut disalahkan. Korban seharusnya tidak keluar saat larut malam.

Di balik semua itu, pemerkosaan atau kekerasan seksual adalah salah satu hal terburuk dan terberat yang bisa diialami baik laki-laki maupun perempuan. Tidak cuma luka fisik, batin pun membutuhkan penyembuhan.

Peradangan pada vagina atau vaginitis juga bisa diderita korban. Infeksi atau pendarahan, enggan atau justru menghindari semua hal berbau seksual, infeksi kantong kemih, hingga nyeri panggul kronis, sangat mungkin di derita.

Melansir dari alodokter.com, dampak fisik mungkin dapat sembuh dalam waktu singkat. Namun dampak psikologis bisa membekas lebih lama.

"Peran keluarga, kerabat, dokter, dan terapis akan menjadi kunci dari kesembuhan dan ketenangan bagi mereka yang menjadi korban pemerkosaan," tulis situs tersebut.

 Bagaimana menurutmu? Kesimpulan di tanganmu

Sumber: Detik, Metro, Alodokter

No comments:

Post a Comment

Pages