Skizofrenia Bisa Hilangkan Dunia Anda

Kehilangan dunia nyata akibat skizofrenia bisa terjadi karena penyakit ini menyerang pikiran, perilaku dan perasaan. Dapat diartikan, penderita skizofrenia akan sulit membedakan mana realita dan mana halusinasi.



“Saya memberi batas kepada suara-suara yang ada di kepala saya, mencoba untuk berinteraksi dengan tegas dan hormat. Oleh karena itu, terbentuk komunikasi antara saya dan suara-suara tersebut yang dapat mengajarkan pada kerjasama dan saling mendukung.” – Eleanor Longden, seorang psikolog tersohor dari Manchester, Inggris.


Penderita skizofrenia biasanya cenderung bermasalah menjalani kehidupannya. Jelas saja karena penyakit ini tergolong gangguan mental berat dan penderitanya jarang ditemukan.

Ilustrasi (foto: Koha Ditore)

Telah ada lebih dari 20 juta penduduk di dunia memiliki skizofrenia berdasarkan data dari organisasi kesehatan dunia, World Health Organization (WHO). Di Indonesia sendiri, berdasarkan Hasil Riset Kesehatan Dasar Tahun 2013, sekitar 400.000 orang memiliki gangguan mental berat layaknya skizofrenia.

Faktanya lagi, penderita skizofrenia didominasi kaum pria dengan rentang usia 16-30 tahun. Meski begitu, penderita dari anak kecil juga masih ditemukan.

Adapun faktor yang meningkatkan resiko penyakit skizofrenia ialah masalah genetik hingga buruknya struktur otak. 


Berikut penjelasan singkatnya:

1. Gen dan lingkungan

Peneliti mempercayai bahwa gen yang mengalir pada keluarga memiliki pengaruh terhadap resiko skizofrenia. Akan tetapi, tidak ada bukti yang menyatakan bahwa terdapat gen khusus yang menjadi penyebab seseorang memiliki skizofrenia.

Namun mereka juga menyatakan ada hubungan antara gen dan faktor lingkungan yang menjadi pemicu munculnya gejala skizofrenia. Seperti terpapar virus, malnutrisi pra kelahiran, masalah ketika lahir, maupun faktor psikososial.


2. Struktur dan kandungan otak

Masalah perkembangan otak pra-kelahiran dapat berpengaruh hingga di masa remaja. Struktur dan kandungan otak yang melibatkan jaringan penghubung antar sel perlahan dapat menimbulkan gejala skizofrenia.

Meski begitu, kedua hal tersebut bukanlah faktor utama seseorang menderita skizofrenia. Terdapat ‘pemantik’ yang mengaktifkan potensi skizofrenia, seperti depresi atau kejadian buruk masa lalu.

Sehingga,  muncul beberapa gejala yang bisa dijadikan tanda adanya skizofrenia. Gejala itu terbagi menjadi positif, negatif, kognitif. 

Berikut penjelasannya:

A) Gejala positif

Seseorang akan kehilangan koneksi dengan dunia nyata ketika mengalami halusinasi, delusi, mendengar suara palsu, kehilangan fungsi berpikir, hingga kegelisahan yang ditunjukkan melalui gerakan tubuh.

B) Gejala negatif

Gejala ini sulit terditeksi karena hampir semua manusia mengalaminya di waktu tertentu. Seperti berkurangnya ekspresi wajah atau suara, minim bicara, tidak semangat dalam menjalani hidup, kesulitan dalam memulai dan melakukan aktivitas yang berkelanjutan.

C) Gejala kognitif

Orang dengan gangguan skizofrenia punya kesulitan konsentrasi atau memperhatikan sesuatu. Sehingga sulit menyerap informasi namun kerap kali cepat mengambil keputusan. Gejala kognitif ini hadir secara halus bahkan bisa tidak disadari.

Namun, gejala-gejala tersebut tidak cukup untuk dijadikan klaim seseorang terkena gangguan skizofrenia. 

Psikolog atau psikeater adalah pihak yang memiliki hak untuk mendiagnosis seseorang dengan gangguan mental. Gejala ini ‘hanya’ sebagai penanda untuk mengenali diri sendiri maupun orang lain sehingga dapat ditindaklanjuti dengan menemui para ahli.

Penderita Skizofrenia Tak Perlu Khawatir


Skizofrenia dapat ditangani melalui perawatan yang teratur. Jadi, kenali diri Anda atau kerabat dan konsultasikan kepada psikolog atau psikeater jika ada sesuatu kepribadian yang janggal.

Jangan lupa untuk berolahraga, karena aktivitas fisik bukan hanya menyehatkan tubuh Anda, tetapi juga mental Anda.

 Bagaimana menurutmu? Kesimpulan di tanganmu

Sumber: Pijarpsikologi

No comments:

Post a Comment

Pages