Cinta diperjuangin? Yakin?

Mungkin sangat-sangat klise jika kita membicarakan cinta. Entah karena terlalu muak dengan keindahan yang dijanjikannya atau karena trauma akan kesalahannya. Namun kali ini, saya sedikit menjabarkan kejanggalan dalam cinta yang sebetulnya penting untuk dimengerti sebelum masuk dalam mencintai.

Pengalaman dalam hidup saya, sering berjumpa dengan orang-orang yang jatuh cinta lalu putus setelahnya. Sakit hati, tangis, dan penyesalan menjadi masalah yang biasa timbul ketika mengenal cinta. Anehnya, mereka ini seperti orang percaya dengan cinta, terus melakukan hal bodoh di luar norma dan peraturan yang ada hanya demi cinta. Beragam kasus pembunuhan, bunuh diri, dan penyelewengan lainnya banyak terjadi hanya karena dasar cinta. Kasus-kasus tersebut membuat saya berpikir, kenapa orang begitu gila atau menggila hanya demi cinta?

Beragam jawaban orang-orang buta cinta terkadang mengherankan namun menyenangkan. Mereka kalau sudah berbicara soal cinta, seperti narkoba yang terus membuat penikmatnya merasakan kesenangan/energi yang menggila. Siang-malam, pagi-sore, mereka memikirkan cinta. Terutama wanita, wanita adalah mahluk yang begitu abstrak menurut saya, dan rata-rata dari mereka menginginkan cinta sejatinya. Padahal kan tidak ada yang abadi, masih aja maksa.

Berbagai alasan mereka kemukakan hanya demi membela cinta. Mulai dari cinta itu buta, cinta itu tak ada logika, dan lain sebagainya. (Jujur, saya menulis ini sambil tertawa). Namun yang paling klise dalam mempertahankan cinta ialah bahwa "cinta itu harus diperjuangkan". Apanya sih yang diperjuangkan? Hahahaha.

Hal ini jujur saja membuat saya berpikir ke masa-masa atau pengalaman sebelumnya, bahkan hingga ke histori Indonesia. Saya bisa berpikir sejauh itu, karena ada kata "diperjuangkan". Nah, kemerdekaan Indonesia bisa didapat karena adanya perjuangan dari bangsa Indonesia yang bersatu melawan para penjajah. Kenapa mereka bersatu melawan penjajah? Karena mereka merasa ada yang salah. Nah.... udah dapet maksud saya?

belum?

Oke. Mereka merasa ada yang salah, maka mereka berjuang setelahnya demi mendapatkan apa yang diinginkannya. Begitu juga dalam cinta. Jika cinta itu diperjuangkan, maka dalam cinta ada yang harus dibenarkan. Apakah itu arti cinta sesungguhnya? Bukankah cinta itu menerima apa adanya? Kok masih saja diperjuangkan?

Biasanya orang-orang akan dengan bodoh mempertahankan cinta yang sudah mengarah ke negatif hanya karena cinta itu harus diperjuangkan. Udah gila kali ya. "Saya cinta sama dia, maka saya akan bertahan hanya demi dia" Pernyataan si Ucil yang merasa pasangannya adalah cinta sejatinya. Dari pernyataan si Ucil, saya percaya bahwa Cinta adalah Tuhannya dia. Ya, dia sekarang sudah menemukan paganismenya sendiri. (OOT)

Biasanya lagi, orang yang berpasangan akan bertengkar dan terus bertengkar. "Ini demi cinta kita! Kamu harus ngerti donk. Kamu mau kan berjuang dan bertahan?" ujar Si Supri kepada Surti. Hei Supri, itu cinta atau ego? Tidak usahlah bawa-bawa cinta kalau gak mau Surti pergi. Ya kalau Supri cinta ama Surti, ya biarin donk dia pergi. Kan udah cinta.... Apapun kehendaknya ya kerelaanmu juga lah. Kan katanya udah cinta.

Biasanya lagi nih, perempuan akan dengan tahahnnya memperjuangkan cinta dan bertahan demi pasangannya. Bertahan? Bertahan demi ego sendiri? Bilang aja takut gak dapet yang kek gitu lagi. Bilang aja gak percaya ama pesona sendiri. Bilang aja takut sendiri. *eh. Sorry*

Jadi masih mau bilang cinta itu perjuangan? Saya lebih setuju jika cinta itu bukan diperjuangkan, melainkan diikhlaskan. Karena yang mendasari itu sudah kata "cinta". Janganlah mengotori cinta dengan egoisme memperjuangkan cinta. Cinta itu suci, gk nuntut, itu baru cinta yang berani.

No comments:

Post a Comment

Pages