Anda tahu lagu "Take Me To Church"? di dalam lagu itu, pencipta seakan menggambarkan seorang manusia yang bingung menyembah apa sebetulnya. "Tuhan" dalam lagu itu digambarkan sebagai seorang kekasih yang layak dia cintai ketimbang Tuhan itu sendiri.
My lover's got humour
Kekasihku punya selera humor tinggi
She's the giggle at a funeral
Dialah kelucuan di pemakaman
Knows everybody's disapproval
Dia tahu pendapat buruk semua orang
I should've worshipped her sooner
Harusnya kusembah dia sedari dulu
Kekasih dalam lagu tersebut, tahu "pendapat buruk semua orang", sehingga dia sadar bahwa kekasihnya lah yang layak dipuja. Ia pun semakin menggila, lewat pengalaman dan pemikiran di setiap hari Minggunya.
Di penggalan lirik selanjutnya, ia digambarkan sebagai orang yang rajin ke gereja, namun tidak percaya dengan pengampunan dosa dan hanya menganggap surga berada di dalam diri kekasihnya.
My church offers no absolution
Gerejaku tak menawarkan pengampunan dosa
She tells me 'worship in the bedroom'
Dia bilang 'menyembahlah di kamar'
The only heaven I'll be sent to
Satu-satunya surga tempatku kan dikirimkan
Is when I'm alone with you
Adalah saat aku hanya bersamamu
Sama halnya orang pada umumnya, yang entah menyembah apa, namun tidak peduli dengan realita dan mementingkan keinginan hati saja. Padahal, keinginan hati bukanlah Tuhan yang sesungguhnya.
Umumnya, orang pergi ke gereja hanya karena rutinitas semata. Berbagai alasan seperti sudah kebiasaan, tidak ada kerjaan, bahkan mencari pasangan bisa dijadikan pedoman untuk pergi ke rumah Tuhan. Padahal, mereka termasuk orang yang berperasaan dan mengaku punya Tuhan.
Seperti seorang pelayan, dalam hal ini orang yang melayani di gereja. Pelayan di gereja, pada dasarnya berkeinginan untuk lebih dekat kepada Tuhan. Namun belakangan, pelayanan malah disalah gunakan.
Banyak orang atau kelompok yang bangga mengaku sebagai pelayan di gereja atau melayani di gereja. Namun, karena begitu bangganya, mereka pada akhirnya lupa apa makna dari ke gereja.
Sebagai contoh, mereka yang aktif, biasanya akan "tahu pendapat buruk semua orang". Dan di saat mereka "tahu pendapat buruk semua orang", mereka akan meninggikan diri dengan tidak terang-terangan atau meneriakkan nama Tuhan namun hatinya mendendam. Benarkah begitu?
![]() |
Gereja Katedral Jakarta |
Selain drama merengek berdoa, pelayan biasanya akan terbiasa mendusta. Mendusta dalam arti, pujian di mulut mereka, namun ketika berkumpul, gosip miring tanpa fakta dibicarakannya dengan tanpa peduli dimana mereka berada.
Mungkin memang, pelayan juga manusia, tapi manusia punya akal dan tujuan melayani di gereja. Jangan sampai, mereka yang berdandan bak pengguna "narkoba" firman Tuhan, bertingkah "sakau" karena nyanyian, tapi malah bertingkah "kesetanan" dalam menjalani kehidupan.
Contoh pelayan yang kesetanan, dia akan selalu membenarkan apa itu ke gereja, meskipun dia sendiri sedang melawan kehendak-Nya. Melawan dalam hal ini ialah berdosa dengan sengaja, melepaskan berkat yang diterimanya, dan melawan semua moral yang ada, hanya demi pergi ke gereja.
Tak cukup melawan moral, seorang yang lupa makna ke gereja, akan berani berbuat salah. Mereka akan lebih berani bertindak salah dan menganggap dirinya benar dengan pelayanannya. Ya, memang tidak salah mereka melayani, tapi mereka salah ketika berani menyakiti tanpa mengerti apa yang terjadi dan merasa bersih hanya karena habis melayani
Padahal, agama ada, agar manusia terarah hidupnya dan bermoral tingkah lakunya. Bukan malah sombong iman setelah mengenalnya.
Selamat bagi anda, yang membaca tulisan ini, karena anda sudah bisa mengantisipasi apa yang terjadi jika anda melayani tanpa mengerti arti dari melayani itu sendiri.
Sampai di sini, kita dapat mengambil kesimpulan bahwa manusia itu tak mengerti apa maksud pergi ke gereja atau menyembah berhala. Manusia hanya tahu akan dosa, dan tidak tahu arti bahagia ketika pergi ke gereja.
![]() |
Gereja Nehemia Protestan, Jakarta |
Namun, pergi ke gereja pada dasarnya dilakukan untuk menyembah Dia Yang Maha Kuasa dan Yang Maha Esa. Pergi ke gereja juga bisa diartikan sebagai bentuk ucapan syukur dan mengaku dosa-dosa. Fungsi lain dari pergi ke gereja mungkin bisa dilakukan dengan melayani sesama --dalam hal ini disebut jemaat gereja atau mereka yang mustahik-- atapun lebih indahnya, melayani Dia Yang Maha Kuasa dan Yang Maha Esa.
Namun, apakah kita harus pergi ke gereja? Jawabannya ada di hati yang direstui Tuhan untuk melayani. Mengapa harus direstui? Karena tanpa restu, ke gereja bukan lagi menyembah Dia Yang Maha Kuasa melainkan menyembah dia si berhala.
Seperti kenyataan yang saya tanyakan ke beberapa orang yang aktif di gereja, mereka mengatakan bahwa ke gereja bukanlah keharusan, melainkan panggilan. "Bila tidak direstui, jangan memaksa!" Maka hasilnya akan berbeda bila seorang pelayan di gereja mempertaruhkan segalanya.
Seorang yang tidak direstui, biasanya akan memiliki banyak masalah selama dia pergi ke gereja untuk melayani. Mungkin memang harus diperjuangkan, namun bila Tuhan tak mengizinkan? Apakah kita harus melawan?
Contoh Tuhan tak mengizinkan, mungkin bisa dilihat dari waktu yang kita punya. Bila memang tidak sempat untuk pergi ke gereja, ingatlah arti melayani sesungguhnya, yakni gereja bukanlah gedungnya, melainkan orangnya.
Seperti kita ketahui, Tuhan tidak memaksakan kita untuk pergi ke gereja atau terus melayani jemaat-jemaatnya. Tuhan hanya ingin kita sadar akan Kuasa-Nya dan mengerti apa makna dari firmannya yang menjadi pedoman hidup setiap insan manusia. Yang setelah tahu firman-Nya, kita harus sebarkan "kabar gembira" itu hingga ke ujung dunia yang bulat bentuknya.
Matius 22:1-14 | Banyak Yang Terpanggil, Tetapi Sedikit Yang Terpilih
Dalam perumpamaan ini, dikisahkan seorang raja yang mengadakan perjamuan kawin untuk anaknya. Waktu pelaksanaan perjamuan telah tiba, dan segala sesuatunya untuk keperluan pesta telah tersedia. Namun, ketika hamba-hambanya disuruh untuk memanggil para undangan, ternyata semua berdalih dengan berbagai macam alasan. Bahkan ada yang menangkap, menyiksa dan membunuh para hamba yang disuruh untuk memanggil para undangan. Maka raja pun murka sehingga menyuruh pasukannya membinasakan para pembunuh itu beserta kota mereka.
![]() |
Gereja Protestan Bukit Kasih |
Walaupun para undangan tersebut tidak datang karena bermacam alasan, namun perjamuan kawin itu tidak menjadi tertunda. Raja pun menyuruh hamba-hambanya untuk mengundang seluruh orang yang mereka jumpai tanpa terkecuali. Ternyata diantara undangan yang hadir ada yang tidak mengenakan pakaian pesta yang membuat raja tersebut marah, dan menyuruh hambanya untuk mengikat orang tersebut dan mencampakkannya ke dalam kegelapan.
Berbeda, kehidupan saat ini begitu kontras dengan Alkitab, namun tetap sama secara makna moral kehidupan. Berikut beberapa alasan yang biasa orang katakan untuk tidak pergi ke gereja:
1. "Buat apa ke gereja? Orang-orangnya saja macam iblis." versi orang pendendam.
2. "Kita tidak akan kenyang jika pergi ke gereja," versi orang pelit.
4. "Ngapain ke gereja? Tuhan kan udah Esa, kok masih harus disembah?" versi Atheis
5. "Apakah dengan pergi ke gereja, anda bisa memberi makan mereka yang kelaparan dengan persembahan anda? Pikir!" versi Anonymous.
Apakah mereka benar? Bukan urusan anda! Lihat alasan nomor 3.
Thanks To:
1. terjemah-lirik-lagu-barat.blogspot.com
2. jetkonthet.blogspot.com
3. sukacitamu.blogspot.com
4. www.panoramio.com
![]() |
rashoova2.files.wordpress.com |