Seandainya Pemudik Tidak Hanya Mudik

Belakangan ini mudik menjadi perbincangan hangat baik di media maupun masyarakat. Perbincangan hangat tersebut biasanya berhubungan dengan permasalahan-permasalahan yang terjadi selama musim mudik berlangsung. Masalah-masalah seperti kemacetan, kecelakaan, kematian, hingga membeludaknya masyarakat kota terutama Jakarta, justru membuat mudik jauh dari sisi positifnya.
Bila melihat jumlah kecelakaan yang terjadi pada tahun 2016 ini, jumlahnya menurun dari tahun lalu. Kabar baik memang, karena pada tahun lalu jumlah kecelakaan lalu lintas tercatat sebanyak 1.622, sedangkan pada tahun ini meskipun banyak, namun lebih baik yaitu 1.289 kecelakaan lalu lintas. Adapaun korban meninggal berkurang 25% yakni 328 pada 2015 dan 244 korban pada tahun ini. Penurunan jumlah kecelakaan tersebut bisa terjadi karena pemudik dan aparat lalu lintas yang bertindak cerdas dalam mudik tahun ini. (Sumber: Kompas)
Namun, masalah yang katanya lebih baik tersebut seharusnya bisa lebih baik lagi nantinya. Apalagi, kemajuan teknologi juga informasi semakin pesat dan tidak ada lagi alasan untuk ketinggalan informasi.
Tapi, menurut saya, tahun ini justru lebih ramai dari tahun lalu. Sudah jelas permasalahannya adalah pertumbuhan penduduk yang begitu cepat. Semakin banyak jumlah penduduk di Indonesia ini, hingga membuat kemacetan yang sangat parah pada mudik kemarin. Kabarnya, pemudik harus menunggu hingga 12 jam hanya untuk bergerak beberapa kilometer dan itupun belum sampai di tempat tujuan.
Sebenarnya tidak perlu jauh-jauh, di Jakarta saja, daerah yang biasanya tidak pernah macet, justru menjadi sangat macet pada saat ini. Contoh, perempatan PGC, dulu daerah itu jarang sekali macet, bahkan bisa dibilang tidak pernah macet karena wilayahnya yang luas. Tapi sekarang, di daerah tersebut kemacetan sering terjadi akibat banyaknya jumlah pengendara motor yang melewati kawasan tersebut. Mulai dari pulang kerja maupun berangkat kerja, kawasan tersebut kerap membuat polisi lalu lintas kuwalahan bukan main. Ini menjadi pertanda, bahwa Jakarta sudah tidak layak lagi menampung manusia-manusia yang terus bertambah setiap tahunnya.
Nah, salah satu penyebabnya ialah mudik dari desa ke kota. Iming-iming hidup lebih baik selalu menjadi ciri dari kota Jakarta, entah karena menjadi pusat pemerintahan, atau hanya sebagai tempat bergengsi semata. Gengsi orang Jakarta semakin terlihat, dengan perubahan-perubahan yang ditunjukkan oleh para pemudik dari Jakarta yang berkunjung ke kampung halamannya. Rata-rata dari mereka bersaing dan terus bersaing untuk terlihat lebih baik dari sebelumnya setelah tinggal di Jakarta. Rata-rata dari mereka ingin menunjukkan kesuksesan mereka setelah memungut berkah dari Jakarta.
Sialnya, orang-orang desa semakin tergiur dengan kemenangan-kemenangan yang diperoleh orang Jakarta. Padahal, Jakarta tidak sebaik yang kelihatannya, apalagi bila orang-orang yang datang tidak berkualitas keahliannya.
"Keahlian"
Kata keahlian menjadi dasar pemikiran saya mengenai bagaimana seharusnya pemudik menjadi berguna. Berguna dalam artian, bukan hanya memamerkan sukses semata, tapi juga membagi skill berharga. Seandainya pemudik yang datang ke desa membawa ide-ide yang cemerlang demi kemajuan tiap penduduknya, maka iming-iming klise dari Jakarta bukan lagi alasan untuk merantau hanya demi mencari makan.
Seandainya pemudik tidak hanya mudik, melainkan merangkul para penduduk untuk lebih cerdik, maka kemajuan yang merata bukan menjadi hal yang luar biasa. Coba saja kalian bayangkan, bila setiap daerah di Indonesia, mendapatkan pembelajaran dari orang-orang Jakarta yang memiliki otak "di atas rata-rata" orang desa. Pemanfaatan sumber daya baik alam maupun manusia semakin berpotensi mengalami kemajuan karena bantuan dari pemudik Jakarta. Maka sebaiknya, pemudik hadir bukan sekedar pamer kesuksesan, melainkan melihat peluang kesuksesan dari kampung halamannya. Memang butuh waktu yang tidak sebentar, namun itu bukan alasan karena teknologi komunikasi sudah semakin pesat berkembang dan alat pemancar semakin banyak ditanam. Berbagi informasi dan bahkan memanajemen dari sini (Jakarta) sudah bisa dilakukan, tinggal implementasi yang konsisten dan niat demi kemajuan. Jangan lagi ada pemudik yang hanya mengajak penduduk desa ke Jakarta, tapi (maaf) tidak berguna, melainkan jadilah pemudik yang datang ke desa untuk menjadikan mereka berjaya di wilayahnya.

Sumber gambar : www.indoberita.com

No comments:

Post a Comment

Pages