Robert Mugabe alias Robert Gabriel Mugabe, merupakan presiden sekaligus kepala negara Zimbabwe yang berkuasa sejak 1980 sampai 2017 (37 tahun). Mugabe dibesarkan oleh kedua orang tuanya, Gabriel Matibili dan Bona, dan hidup bersama delapan saudara-saudarinya.
Sedari muda, Mugabe begitu gemar membaca. Bahkan saudaranya, Donato, menyebut Mugabe sebagai orang yang tak punya teman selain buku.
Adapun Mugabe pernah mengenyam pendidikan di berbagai negara. Pendidikan dasarnya ia habiskan di Sekolah Marist Brother dan Jesuit. Kemudian berlanjut di Kutama College, dan setamatnya dari sana, Mugabe menuju Fort Hare, Afrika Selatan, demi meneruskan pendidikannya. Setelah lulus pada 1951, ia masih ingin belajar dan melanjutkannya di Salisbury (1953), Gwelo (1954), dan Tanzania (1957).
Robert Mugabe (source: images.enca.com) |
Ia pun berhasil memegang 7 gelar akademik dari berbagai universitas. Tiga di antaranya Bachelor of Arts (dari University of Fort Hale), Bachelor of Administration dan Bachelor of Education (University of South Africa). Sementara empat sisanya, Bachelor of Science, Bachelor of Laws, Master of Science, serta Master of Laws, dari University of London External Programme.
Setelah lulus, Mugabe menjadi seorang guru di sebuah sekolah menengah di kota Takoradi, Ghana. Di sanalah ia bertemu Sally Hayfron, perempuan yang kemudian ia nikahi pada 1961.
Namun pernikahan itu tidak berlangsung sehat karena saat Sally menderita sakit keras, Mugabe malah menikahi Grace -yang berusia 40 tahun lebih muda- dalam sebuah acara mewah pada 1996. Pengritik pun menjuluki istri keduanya itu sebagai 'Gucci Grace' karena kegemarannya belanja barang-barang mewah. Ia pun punya dua anak dari mantan sekretarisnya itu.
Tertarik Menjadi Pemimpin
Awal Mugabe mendapatkan inspirasi soal memimpin adalah saat berada di Ghana. Ketika itu, Kwame Nkrumah, Presiden pertama Ghana, yang dikaguminya.
Ia pun kembali ke negaranya dan aktif berpolitik di Partai ZANU (Zimbabwe African National Union) sepanjang 1960-an. Ia sempat diangkat sebagai sekertaris jenderal partai itu dan berani menentang pemerintah minoritas kulit putih di Zimbabwe, Ian Smith.
Namun hal itu membuat Mugabe dipenjarakan pada tahun 1964. Ia mendekam di balik jeruji selama 10 tahun.
Mugabe sempat meninggalkan Rhodesia (nama lama dari Zimbabwe) dan pergi menuju Mozambique. Namun dari sana, ia tetap bersuara keras menentang rezim kulit putih.
Ia pun mendabat banyak dukungan dari masyarakat Zimbabwe hingga di akhir perang tahun 1979, Mugabe dielu-elukan sebagai pahlawan negara dan berhasil memenangi pemilihan umum setahun berikutnya untuk menjadi perdana menteri. Tepatnya pada tanggal 18 April 1980, hari kemerdekaan Zimbabwe.
Tujuh tahun memimpin, pada 31 Desember 1987, ia secara sepihak mengubah konstitusi Zimbabwe. Peraturan itu kemudian membawanya menjadi presiden dan menghapuskan jabatan perdana menteri.
Tiga dekade pemerintahannya, Ayah dari empat anak ini sukses mengantarkan Zimbabwe ke jurang kemiskinan. Jumlah pengangguran terus meningkat hingga lebih dari 85%, inflasi tahunan melambung hingga melampaui 100.000%, dan jutaan rakyatnya mati akibat kelaparan dan penyakit.
Di saat seburuk itu, Mugabe malah menekan teriakan para oposisi dan membungkamnya lewat aksi teror, pembunuhan, dan pemerintahan tangan besi. Komunitas internasional seperti Amerika Serikat, Inggris, Eropa, Australia, Selandia Baru, dan Uni Afrika mengecam keras tindakannya soal pemukulan politikus termasuk pemimpin oposisi.
Tahun 2000, ia dihadapkan pada oposisi yang kuat untuk pertama kali. Hasilnya, Mugabe menghancurkan satu sektor perekonomian yang paling beragam saat itu di Afrika hanya demi mempertahankan kekuasaannya.
Hingga pada 2002-2003, Amerika Serikat menghukum Zimbabwe dengan pembatasan finansial dan visa terhadap beberapa pejabat pemerintah, larangan pengiriman perlengkapan pertahanan, dan penangguhan bantuan non-kemanusiaan antar-pemerintah dua negara. Itupun masih belum cukup, sehingga negeri Paman Sam itu kembali mempertimbangkan sanksi baru terhadap Pemerintan Zimbabwe.
Namun usaha AS sia-sia, Mugabe tetap diam dalam kuasanya. Bahkan ia sesumbar bahwa tidak ada yang bisa mencopot kekuasaannya selain Tuhan dan yakin masih memerintah hingga usianya 100 tahun.
Dia bahkan menuding persekongkolan negara-negara Barat sebagai sumber masalah dalam perekonomian Zimbabwe. Menurut Mugabe, persekongkolan itu dipimpin oleh Inggris yang ingin mengulingkannya, karena ia menyita lahan pertanian milik warga kulit putih.
Hal itu membuat para pengkritik menyatakan dengan tegas bahwa Mugabe tidak memahami bagaimana perekonomian modern berjalan. Dia disebut hanya berkonsentrasi pada pembagian 'kue nasional' dan bukan bagaimana membuatnya lebih besar.
Mugabe yakin, satu negara tidak akan pernah bangkrut. Apalagi dengan perekonomian Zimbabwe yang paling menyusut di dunia serta inflasi tahunan mencapai 231.000.000% pada Juli 2008, tampaknya ia bertekad untuk membuktikan teorinya.
Meski begitu kuat, Mugabe ternyata sempat kalah untuk pertama kalinya dalam referendum tahun 2000. Namun Mugabe tak tinggal diam dan mengerahkan para milisi, menggunakan kekerasan dan pembunuhan. Ia kuat karena mendapat dukungan aparat keamanan. Bahkan jika diperlukan maka semua tingkatan aparat negara, baik itu aparat keamanan, pegawai negeri, media pemerintah yang dikuasai para anggota Zanu-PF akan dikerahkan untuk melayani partai penguasa.
Ia juga sempat kalah pada Pemilu 2008 dari saingan lamanya, Morgan Tsvangirai. Namun pola yang sama kembali terjadi dan Mugabe memimpin lagi.
Satu Pencapaian
Mugabe, dibalik banyak tingkah kontroversialnya, punya satu pencapaian yang tidak diragukan. Yakni perluasan pendidikan yang membuat Zimbabwe punya tingkat melek huruf dan angka tertinggi di Afrika, mencapai 90% dari total penduduk.
Mendiang pengamat politik ternama, Masipula Sithole, sekali waktu mengatakan bahwa dengan memperluas pendidikan, presiden sebenarnya sedang 'menggali liang kuburnya sendiri'.
Para kaum muda yang menikmati pendidikan itu kini mampu menganalisa masalah Zimbabwe dengan pandangannya sendiri dan sebagian besar menuding korupsi dan salah kelola oleh pemerintah yang menyebabkan kurangnya lapangan kerja maupun meningkatnya harga.
Di usianya yang semakin tua, banyak warga Zimbabwe yang bertanya-tanya kenapa Mugabe tidak angkat kaki saja dan menikmati hidup bersama keluarganya. Namun istri keduanya, Grace menjawabnya dengan mengatakan bahwa Mugabe bangun pukul 04.00 subuh untuk latihan olahraga hariannya. Bahkan ketika berusia 73 tahun Mugabe mampu memberi Grace kelahiran anak ketiganya, Chatunga.
Mugabe sendiri mengaku sebagai seorang Katolik yang taat dan merupakan jemaat di Katedral Katolik Harare. Bahkan terkadang, gereja dibanjiri oleh aparat keamanan jika dia datang untuk misa hari Minggu.
No comments:
Post a Comment