Sebelumnya, salah satu penulis di blog tak jelas ini menuliskan soal motivasi belajar versi dirinya. Meski tidak dituliskan di blog ini, namun penulis berinisial L.U.K.A.S ini membagikan tulisannya di grup media sosial "Grup Penulis "Ulung"".
Dalam tulisannya, ia membagikan banyak hal bermanfaat soal cara memotivasi diri dalam belajar. Boleh cek di sini: https://www.selasar.com/question/1036/Apa-yang-Anda-lakukan-untuk-menjaga-tetap-memiliki-motivasi-belajar
Saya pun tergugah menuliskan topik yang sama soal belajar, namun bukan ke motivasi, melainkan cara belajar yang menurut saya asyik untuk dipraktikkan. Saya hanya ingin menambah perspektif baru dalam hal cara belajar. Sebagai informasi, blog ini mengedepankan kebebasan berpendapat ataupun sudut pandang, maka kata “relative” atau “relatif” dalam bahasa Indonesia, menjadi nama dari blog ini. Oke.
Berbicara soal cara belajar, hal ini sudah banyak saya dengar sejak kecil mulai dari Taman Kanak-Kanak, hingga sekarang saya menuliskannya. Selama itu juga saya sudah mengubah banyak kebiasaan saya dalam belajar dan saya merasa sampai sekarang pun masih belum sempurna. Namun, cara belajar yang saya anut selama ini, terbukti efektiv membuat saya mendapatkan uang jajan tambahan. Terutama dari hasil menjual contekan hingga joki tugas yang tak terselesaikan.
Jangan Berlebihan
Pemuda masa kini banyak sekali yang pintar sekali. (Ya sekali aja pinternya). Ada juga yang cerdas bukan main. Bila melihat fenomena ini, saya rasa sangat bisa dimaklumi karena teknologi yang ada saat ini sangat membantu pembelajaran dari hal kecil hingga hal besar. Namun, sadar atau tidak, rata-rata mereka belajar dengan santai dan tidak berlebihan.
Sebagai contoh, ada teman saya yang kebiasaan sebelum ulangan Kimia, ia malah tidur di kelas. Namun pas ujian dimulai, ia paling cepat selesai dan mendapat nilai tertinggi. Adapun kerjanya setiap hari yang saya lihat hanya main game di gadgetnya dan sisanya ngobrol garing gak tahu apa. Tapi di saat jam pelajaran dimulai, ia terlihat menikmati pembelajaran, meski tak jarang ia pun tak mengerti apa yang diajarkan dan bertanya ke guru ataupun teman sebelahnya.
Dari situ, saya pun mempraktikannya dan ya, itu berhasil membuat saya mendapat pundi-pundi uang jajan (hahaha). Jangan ditiru.
Sebenarnya simple saja, nikmati setiap pembelajaran dan jangan ketakutan tak bisa menguasai pelajaran. Ingat lagi, Anda ke sekolah untuk belajar, yang berarti Anda butuh diajari bukan mengajari. Jadi Anda tidak diharuskan bisa, karena Anda sedang belajar. Kalau Anda sudah bisa, Anda tidak usah ke sekolah, pergi saja cari kerja. Jadi, jangan takut apalagi sangat takut untuk tidak mengerti, nikmati alurnya dan masalahnya, sabar sambil coba belajar pelan-pelan. Jangan panik, nilai bukan penentu masa depan Anda, tapi kesabaran Anda dalam menghadapi masalah (dalam hal ini nilai jelek, dsb), yang menjadi bekal terpenting di masa depan.
Anggap Buku Sebagai Mentor
Banyak yang malas membaca buku. Saya berani bilang bahwa mereka sia-sia. (Chandelier). Kenapa sia-sia? Karena mereka menolak ilmu yang diajari setiap penulis buku.
Penulis sebuah buku ilmiah tak mungkin main-main dalam menuliskan karyanya. Ia pasti melakukan riset berbulan-bulan untuk mendapatkan hipotesa untuk ditulisnya. Mereka pun biasanya mengambil banyak sumber penulis sebelumnya yang juga tak mungkin main-main dalam menulis bukunya. Hal itu pun serupa dengan penulis-penulis buku pengetahuan lainnya, baik pengetahuan umum hingga yang lebih mendalam.
Jadi, bayangkan jika Anda punya banyak buku yang bisa dibaca. Dapat diartikan, Anda punya banyak mentor yang siap mengajari Anda soal banyak hal. Bukan kah begitu menyenangkan jika banyak orang yang ingin membantu Anda? Jadi, kenapa harus menolak mentor-mentor itu mengajari Anda mengenai hal baru yang mungkin saja di luar jangkauan otak Anda.
Seorang di eropa sana ada yang bisa membaca buku satu hari satu buku. Ia membagikan tips bagaimana ia dapat membaca buku dengan begitu cepat. Pertama, latihan, namun jangan terburu-buru jika belum mengerti, dan bacalah berulang kali kalau perlu. Kedua, anggaplah buku sebagai teman. Jadilah pendengar yang baik untuk “teman” Anda ini, biarkan ia membagikan keluh kesahnya dan ambil sudut pandangnya jika perlu. Maka, selain menjadi teman yang baik, maka Anda juga menjadi teman yang cerdas. Karena Anda mengambil masalah “teman” Anda itu sebagai pembelajaran dan suatu peringatan di masa mendatang.
Tetaplah Miskin
Pdt Gilbert mengatakan bahwa kesombongan adalah dosa terbesar. Jadi jika pendeta saja sudah berkata seperti itu, maka janganlah merasa kaya akan ilmu dengan menolak ajaran baru.
Percayalah bahwa apa yang Anda terima bukan sepenuhnya kebenaran dan tetaplah kritis terhadap apa yang Anda lakukan. Jangan ragu bertanya jika Anda merasa tidak nyaman. Kebodohan terlihat ketika Anda merasa cerdas dan memaksakan pengetahuan Anda untuk dianut oleh orang sekitar. Padahal, kembali ke kata “relatif”, yang saya artikan bahwa perspesktif hingga persepsi setiap orang sangat berbeda dan bisa saja tak bisa dipaksakan. Setiap orang punya hukum, dan tugas kita untuk menghormati hukum itu. Jika dalam pembelajaran, maka tugas kita ialah mengambil hikmah dari setiap ilmu untuk kita pakai sisi positif itu demi menyempurnakan pengetahuan yang kita tahu.
Sekian apa yang saya bagikan, semoga dapat bermanfaat bagi kalian. Belajaralah terus untuk kebaikan. Terimakasih.