Suatu kelucuan membuat saya terbelalak ketika ada yang mempermasalahkan “topeng” kepribadian
seseorang. Entah mau marah atau apa, tapi jadi kasihan melihatnya, karena dia
tidak tahu bahwa sesungguhnya manusia pasti bertopeng. Sekali lagi saya
tegaskan, manusia pasti bertopeng.
Sedikit cerita, si Budi kesal dengan Rido karena
membicarakannya di belakang. Apalagi, Rido menjelek-jelekkannya. Budi pun mencap
Rido sebagai manusia bertopeng dan kurang ajar. Suatu hari, Budi diajak main
sama Rudi. Karena tidak enak, akhirnya Budi pun ikut main dan tertawa bersama.
Jadi, siapa yang bertopeng?
Gambar di atas sedikit merepresentatif kekesalan saya terhadap orang-orang yang norak dengan ketopengan. (Makasih Kane, lu sudah membuat gw tertawa terbahak-bahak). |
Banyak yang bilang dan pepatah bilang, ‘Be Yourself’. Yang
maksudnya ialah, jadilah diri sendiri. Apa maksudnya jadi diri sendiri? Ya menjadi diri sendiri. Maka kata ini kurang tepat.
Lebih tepat, jadilah apa yang kita mau. Lalu apa yang kita mau? Entah itu menjadi seorang yang dipandang baik/lucu/manis/jelek --sesuai keinginan kita-- dihadapan orang lain. Maka dari itu, apakah kita bisa menjadi diri sendiri?
Lebih tepat, jadilah apa yang kita mau. Lalu apa yang kita mau? Entah itu menjadi seorang yang dipandang baik/lucu/manis/jelek --sesuai keinginan kita-- dihadapan orang lain. Maka dari itu, apakah kita bisa menjadi diri sendiri?
*Bagus Kane, lu sudah menggambarkan lagi ekspresi gw ketika melihat orang berkata jadilah diri sendiri.*
|
Mengenakan topeng kepribadian adalah fitrah setiap manusia. Sebagai mahluk yang hidup yang berakal dan berbudi, kehadiran topeng menjadi penting demi membangun konstruksi perilaku yang unik, berbeda, satu sama lainnya.
Kehadiran topeng, dapat membuat manusia nyaman untuk
berinteraksi sesuai tempatnya. Seperti di kantor, maka bertopenglah seperti
pekerja baik; di rumah, maka bertopenglah seperti kesayangan mamah; di jalanan,
maka bertopenglah selayaknya anak jalanan; dan lain sebagainya.
Fenomena topeng kepribadian itu pun dipraktikan secara
harfiah oleh orang-orang Jepang, dengan nama Zentai. Jika kalian tidak malas
untuk mencari di google image, maka dapat ditemukan orang-orang yang sengaja
menutupi seluruh tubuhnya dengan bahan semacam kain lentur dari kaki hingga ke
wajah.
Apakah Anda tahu mengapa mereka melakukan itu? Karena mereka
merasa “gerah”, penat, dan tertekan dengan rutinitas yang membebani kehidupan
sehari-hari. Untuk itu, mereka pun tidak mau terlihat “jelek” di antara orang-orang
lain. Akhirnya, lahirlah komunitas Zentai. Hasilnya, mereka lebih bergairah
mengeskpresikan segalanya, baik gerak lekuk tubuh dan sebagainya yang mereka
ingin lakukan atau ekspresikan.
Sama halnya dengan manusia pada umumnya, yang sejujurnya tak
bisa menjadi diri sendiri selama masih ada orang lain. Lebih tepatnya, manusia
hanya bisa memilih ingin menjadi apa, untuk bisa dianggap apa di mata orang
lain.
Seorang psikolog bernama Gordon W. Allport, menegaskan bahwa
pada
hakekatnya, kepribadian itu tak lain merupakan suatu rangkaian organisasi
dinamis dari sistem psiko-fisik individu, yang berfungsi untuk mengkonstruksi
pola-pola penyesuaian dirinya yang unik terhadap lingkungannya.
Dengan demikian bisa dipahami dengan bertopeng, manusia justru
merasa bisa menjadi apa yang mereka mau terlepas dari beban psikologik yang
bersumber dari tuntutan rutinitas kerja, kekangan tradisi, maupun kesumpekan
tatanan kehidupan bermasyarakat. Maka, jangan lagi ada marah-marah karena tidak
terima banyak manusia bertopeng.
Hal ini pun sudah direfleksikan secara mendalam oleh Ellias
Canetti, filsuf asal Bulgaria, dalam bukunya berjudul Crowds and Power (1984).
Baginya, manusia itu seperti juga ulat dan kupu-kupu, adalah mahluk yang dapat
bermetamorfosis.
Artinya, manusia adalah mahluk tolol dan dungu yang bisa
terus berubah, tidak konsisten akan satu identitas saja, tetapi terfragmentasi
dalam lapisan-lapisan dirinya, yang muncul satu demi satu tergantung kondisi
yang ia hadapi. Yang pasti ya, buat yang merasa masih mempermasalahkan
ketopengan seseorang, nih saya jelaskan, topeng apapun yang dikenakan, maka
orang itu akan melebur dengan topeng itu, suka ataupun tidak.
Jadi, jika kalian tetap kekeuh dengan be yourself. Silahkan
saja. Tapi berjanjilah ketika kalian dibilang tolol dan tidak menarik, kalian
tetap pada pendirian kalian: “Be yourself”. Be your Fak!
Gambar Kane biar kane: