China Peringati 80 tahun Pembantaian Nanking

Ada kabar dari Nanjing - China pada Rabu (13/12/2017) lalu memperingati 80 tahun pembantaian Nanking oleh tentara Jepang. Dalam tragedi itu, sebanyak 300 ribu warga sipil dan tentara dibunuh, diperkosa, disiksa, dibakar, dijarah selama enam minggu setelah militer Jepang memasuki Nanjing, pada 13 Desember 1937.

Meski sudah berlalu, peringatan ini tetap terasa menakutkan bagi kedua negara tetangga karena perbedaan pendapat tentang peristiwa tersebut. Mayoritas penduduk China menduga Jepang tidak mau menebus agresi masa perangnya itu. Sementara Jepang, secara resmi menyebut kejadian itu memang benar terjadi, tapi soal jumlah korban mereka masih belum mau mengakui.




Adapun dalam peringatan hari ini, pemimpin tertinggi akan memimpin upacara pemakaman di ibu kota Provinsi Jiangsu itu. Namun Beijing belum mengkonfirmasi apakah Presiden Xi Jinping akan hadir.

Xi sebelumnya menandai hari peringatan nasional pertama dengan sebuah pidato yang mengatakan bahwa pembantaian 300 ribu korban itu tidak dapat dipungkiri.

Lian Yunxiang, seorang ahli hubungan internasional dari Peking University, menyebutkan Beijing hanya ingin menolak lupa soal kekejaman Jepang. Hingga kini, hal itu pun berpengaruh terhadap perselisihan soal wilayah maritim.

"Ada konflik yang kembali dipanaskan saat ini antara dua negara. Semua sejarah adalah kontemporer. Jepang berpikir isu itu sudah berakhir, tapi China tetap menjaganya hingga terus semakin kuat," kata Yunxiang.

Peringatan itu akan berpusat di musium di Nanjing. Namun mereka berharap tempat lain juga memperingatinya.

Beijing saat ini memang jarang membahas hari tersebut, namun minggu ini, sebuah kelompok China mengulangi permintaan tahunannya untuk Jepang soal tanggung jawab ke kerabat korban.

Abe, cucu menteri Jepang saat masa perang, bahkan dituduh mencoba mengesampingkan sejarah. Dua tahun lalu ia menyampaikan penyesalan mendalam terkait kejahatan tentara Jepang saat itu. Namun ia mengklaim tentara Jepang saat ini tidak perlu meminta maaf dan menanggapi kritik China, Korea Selatan, dan negara lainnya.

Politisi Jepang juga berulang kali membuat marah negara-negara tetangga itu dengan mengunjungi Kuil Yasukuni di Tokyo. Kuil itu merupakan tempat tentara Jepang yang dihukum karena melakukan kejahatan perang.

Jepang pun semakin kuat karena akademisi Barat mengklaim jumlah korban Nanjing hanya puluhan ribu. Padahal, para sejarawan membantah hal itu dan menyebut pembantaian besar-besaran memang terjadi.

Kini ada lebih dari 100 orang yang masih hidup dari kejadian tersebut. Namun mereka menolak untuk membahas kejadian itu dan berpikir maju dengan tidak menganggu hubungan dagang antara Jepang dan China.

Jepang menginvasi China pada tahun 1930-an. Mereka bertempur dalam skala besar antara 1937 dan 1945, sampai Jepang kalah dalam perang dunia kedua. Cina menderita kerugian besar dalam hidup, mereka marah karena Jepang tidak seperti Jerman, yang berani menebus kesalahannya.

Hubungan kedua negara sempat merosot pada tahun 2005 karena China dipenuhi protes anti-Jepang. Namun para analis mengatakan bahwa pemimpin China yang terobsesi dengan stabilitas sangat takut membiarkan gejolak semacam itu muncul kembali karena berpotensi lepas kendali.

No comments:

Post a Comment

Pages