Gereja Diminta Jujur Soal Kematian Bayi

Sejumlah bayi dan balita yang meninggal di Distrik Tigi Barat, Kabupaten Deiyai, Papua, akibat berbagai penyakit, periode Mei-Juli 2017. Data pihak pemerintah menyatakan 27 orang bayi dan balita, sementara data pihak gereja menyebut 50 orang.



“Kalau memang ada data baru dari gereja, silakan juga sampaikan ke kami. Selain itu tim investigasi dibutuhkan untuk memastikan apakah ini wabah atau musibah,” ujar Legislator Papua dari daerah pemilihan III Deiyai, Laurenzus Kadepa, kepada wartawan, Minggu (23/7/2017) petang.

Untuk itu, ia menyarankan perlunya dibentuk tim dari Dinas Kesehatan Provinsi Papua, Kementerian Kesehatan RI atau pihak independen. Nantinya tim itu akan melakukan investigasi ke Deiyai demi memastikan berapa jumlah bayi dan balita yang meninggal.

“Ketika itu data yang diberikan ke kami adalah data pemerintah sehingga kami berpedoman pada data itu. Kalau saja ada laporan dari gereja ke kami, tentu kami akan menjadikan perbandingan. Kami turun ke Tigi Barat beberapa pekan lalu, juga berdasarkan pengaduan bupati,” kata politikus Partai NasDem tersebut.

Menurut Kadepa, laporan yang disampaikan pihaknya ketika itu sesuai data dari pemerintah setempat. Tanpa ada yang dikurangi atau ditambah.

Ia meminta pemerintah meningkatkan pelayanan kesehatan kepada masyarakat di kampung. Melengkapi alat-alat kesehatan, menambah tenaga medis dan dokter. Namun ia mengakui Pemkab Deiyai sendiri memiliki keterbatasan sehingga meminta bantuan kepada provinsi.

“Kami juga minta pemkab melalukan penyuluhan dan sosialisasi pentingnya hidup sehat kepada masyarakat secara rutin. Jangan pernah bosan. Pemkab harus sungguh-sungguh dan punya komitmen menekan angka kematian warganya,” katanya.

Katanya, ia juga akan mengajak para legislator dari dapil III membicarakan masalah ini dan disampaikan kepada pimpinan dewan sesuai mekanisme agar ada langkah yang diambil DPR Papua secara kelembagaan. “Kami pakai laporan pemerintah karena pemerintah memberikan data. Pihak gereja hingga kini belum memberikan data. Saya juga belum tahu apakah tim Kementerian Kesehatan sudah turun ke Deiyai atau belum,” imbuhnya.

Sementara itu pihak Gereja Katolik Dekenat Paniai, Keuskupan Timika, menyatakan, telah mendata balita yang meninggal akibat penyakit di sejumlah kampung, di antaranya Desa Ayatei, Desa Digikotu, Desa Piyakedimi, Desa Yinudoba, dan Desa Epanai. Pater Paroki Deiyai, Tigi Barat, Pater Damianus Adii, Pr, menjelaskan, kematian bayi  ini sebelumnya disebarkan Kepala Distrik Tigi Barat Fransiskus Bobii pada Minggu, 9 Juli 2017 lalu.

“Dalam laporannya, beliau menulis jumlah korban 30 bayi, tetapi setelah kami mendata ulang, ternyata jumlah korban adalah 50 anak bayi, termasuk dewasa, atas dasar data laporan wabah ini, saya siap menjelaskan beberapa hal,” ungkap P. Damianus Adii, Pr, Kamis (20/7/2017).

Menurutnya, Dinas Kesehatan Kabupaten Deiyai, para dokter, perawat, dan mantri bergerak langsung ke lokasi kejadian. Pada Jumat, 14 Juli 2017 siang pukul 10 sampai 3 sore melakukan pengobatan massal. Pukul 4-5 sore mengadakan evaluasi di kantor Distrik Tigi Barat. Hasilnya, medis menyatakan gejala penyakitnya antara lain, ISPA, campak, diare, dan disentri.

tahuberita.com

No comments:

Post a Comment

Pages