Kota Tanpa Ojek Payung

Kemarin sore, kami melintasi jalan raya sambil menikmati lobang-lobang yang menghiasi jalan raya. Kami menikmati senja dengan romantis,Saya dan motor saya berjalan melintasi Jalan Raya Bogor menuju rumah tercinta. Sepanjang perjalanan, saya sudah merasa ada yang tidak beres. Langit mulai terlihat gelap sebelum waktunya, kegelapan itu membuat saya menyalakan lampu motor saya sambil bernyanyi
*You're my flash light, you're my flash light....*. Tidak lama setelah saya bernyanyi, kilat petir muncul sekilas dan diikuti gemuruh yang besar, saya pikir suara saya terlalu buruk hingga dewa petir pun menegur saya. Saya mulai takut akan ada teguran selanjutnya. Dan benar saja, "shower" alami membasahi saya pada saat itu. Saya pun menepi dan meneduh sejenak sambil ngelamun "jorok". Saya pun mulai berfikir, 'ada gk ya, suatu tempat yang tidak pernah diguyur hujan? pasti gk asik banget tuh tempat... gk pernah ngerasain "Water park terbesar" seperti di Jakarta'.

Saya pun iseng-iseng buka handphone dan membaca beberapa artikel, dan Saya menemukan bahwa ada kota yang tidak pernah diguyur hujan. Wah, kota apa tuh? kota itu berada di Peru tepatnya di Kota Lima.

Jika Anda main-main ke Peru, kemungkinan Anda akan mendengar seseorang berkata, ”Hujan tidak pernah turun di Lima”—ibu kota negara itu. Sambil menggigil dalam kenangan udara yang dingin dan lembap, Anda mungkin kepo, apakah benar demikian?

Terletak di sekitar gurun yang sangat luas di sepanjang pesisir Pasifik Amerika Selatan dengan tanah yang gersang dari Gurun Sechura hingga Gurun Atacama di sebelah utara Chili. *cabe!?... bukan tolol! negara!*
Gurun ini terletak di antara kalian *lah.. di antara pegunungan Andes dan Samudra Pasifik yang biru.
Dari kejauhan, tidak tampak adanya sesuatu di sepanjang pesisir kecuali bukit-bukit batu dan pasir yang tandus, tapi itu akibat erosi. Banyak lereng telah tertutupi batu-batu yang berjatuhan dan lambat laun menuruni lereng dan menuju laut. Terkadang gempa juga turut membantu pergerakan batu-batu ini.

Nah, sewaktu batu-batu itu mencapai pantai, deburan ombak di Pasifik sedikit demi sedikit menggilingnya menjadi pasir dan tertiup angin sehingga membentuk bukit-bukit pasir berbentuk bulan sabit.Dan di beberapa bagian gurun ini, ada daerah yang tidak pernah turun hujan selama 20 tahun, dan menjadikan tempat tergaring dan tidak asik di bumi. *gk bisa mandi hujan kan jadinya..* kenapa bisa seperti itu?

Jawa­ban­nya berhubungan dengan angin pasat, yang berhembus dari timur ke ba­rat. Angin tersebut "bercumbu" de­ngan lereng Pegunungan Andes yang menjulang dan bergerigi ba­gai­kan gergaji, dan ia dipaksa naik ke atas. Lalu bergerak naik melewati An­des yang anginnya dingin, sehingga me­n­yebabkan kelembapan yang diba­wanya berkondensasi dan tu­run sebagai hujan serta salju, seba­gian besar di lereng pegunungan bagian timur. Jadi, pegunungan itu lah yang mencip­takan daerah bayangan tak berhu­jan di atas lereng bagian ba­rat. Selain itu, baik Arus Peru atau Arus Humboldt yang dingin, dan yang berembus ke arah utara Antartika maupun angin yang berembus dari Pasifik Selatan tidak mengandung banyak kelembapan. Semua faktor ini menghasilkan gurun yang sangat kering, walaupun tidak panas. "Kok bisa tidak panas? padahal tidak pernah hujan...."

Pada musim kawin *eh dingin, selimut awan menggantung rendah di atas pesisir, dan ada kabut yang tebal yang disebut oleh orang Peru sebagai garúa. Awan itu bergulung-gulung dari Samudra Pasifik selama musim dingin, bulan demi bulan dan bisa jadi berlalu tanpa sinar matahari sedikit pun, menyebabkan wilayah itu beriklim sangat dingin atau suram, kata beberapa orang.

Meskipun dingin, Kota Lima termasuk dalam daerah tropis. Suhu di sana saat musim dingin rata-rata berkisar antara 16 sampai18 derajat Celsius. Kelembapannya relatif dapat mencapai 95 persen tanpa hujan.
Penduduk Lima disebut Limeños, mereka merupakan orang yang dengan baik beradaptasi terhadap kondisi tersebut, salah satu caranya dengan membungkus tubuh mereka guna melawan hawa dingin yang lembap dan menusuk. Kelembapan ini menyebabkan daerah tersebut tidak kekeringan, banyak tumbuhan rumput yang tumbuh dan orang-orang di sana menggunakan pengumpul kabut atau jaring polipropilena besar, tempat kabut berkondensasi guna menghasilkan air, dari awan yang menggantung rendah serta bermuatan kabut, untuk diminum dan mengairi kebun.
 
Namun, kelembapan itu tidak cukup untuk tumbuhan liar tumbuh subur sepanjang tahun, mengingat total curah hujan di Lima jarang melebihi 50 milimeter per tahun dan sebagian besar berasal dari kondensasi garúa. Satu-satunya tumbuhan hijau yang hidup di gurun pesisir tersebut adalah yang diairi sungai-sungai kecil yang mengalirkan air dari tempat tinggi di Andes yang berselimutkan salju. Dipandang dari angkasa, lembah sungai kecil itu tampak seperti pita hijau yang terentang di seantero gurun tersebut.

Karena jarang hujan, kuil-kuil peninggalan disana masih bisa terlihat dengan jelas dan jarang ada yang rusak. Sehingga bisa tergambar jelas kehidupan pada masa lampau bagi para arkeolog. Berbagai proyek irigasi daerah pesisir Peru modern menyediakan air untuk menanam beragam tanaman pangan, termasuk kapas, padi, jagung, tebu, anggur, zaitun, dan asparagus juga sayur-sayuran serta buah-buahan lainnya. Kini, lebih dari separuh populasi Peru sebanyak kira-kira 27 juta orang tinggal di sepanjang pesisir pantai yang sempit.

Tapi, walaupun selama 20 tahun tidak pernah hujan, ada kalanya hujan turun pada saat El Nino. Setiap beberapa tahun, Arus Peru yang dingin menghasilkan air yang lebih hangat yang mengalir dari Pasifik sebelah barat. Sehingga dingin bertemu panas, seperti hubungan aja lah, yang satu panas dan yang satunya mendinginkan *eaa*. Beberapa El Niño yang luar biasa hebat melanda pada tahun 1925, 1983, dan 1997/98. Faktanya penduduk setempat tidak siap menghadapi curah hujan yang tinggi. Pada tahun 1998 terjadi banjir yang berasal dari Sungai Ica disertai curah hujan tinggi dan merendam rumah-rumah yang terbuat dari lumpur dan lenyap saat itu juga *awww kacian*.. Sisi positifnya, El Niño terakhir mengubah sebagian besar Gurun Sechura menjadi taman hijau yang ditebari bunga-bunga nan indah.

Mungkin disana tidak ada jasa ojek payung, buat apa? hujan saja tidak pernah. Anak bocah di sana tidak bisa berteriak-teriak dan mematok dengan harga yang tidak normal untuk jasa ojeknya.
Tuhan punya rencana. Luar biasa!

Sedikit foto-foto yang menggambarkan Kota Lima, Peru.





Sumur







Pages