Irjen Moch Iriawan mengakui Aksi Bela Islam yang kerap digelar di Jakarta, cukup menyita waktu dan pikirannya. Beberapa aksi protes ucapan Gubernur DKI, Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) yang mengutip Surah Al Maidah saat kunjungan kerja di Kepulauan Seribu itu, sempat ricuh dan membuat Iriawan pasrah.
Saat itu Iriawan merupakan pucuk pimpinan di Polda Metro. Ia teringat dengan ucapan Pangdam Jaya Mayjen Teddy Lhaksmana. “Saya bilang, ‘abang, kalau seandainya umur kita berakhir di sini, Allah sudah membuatkan takdir, tapi kita punya kebanggaan. Dari pada kita tak berbuat tapi tak copot, lebih baik kita berbuat. Kalau dicopot itu sudah risiko’. Alhamdulillah Allah memberikan berkah kepada kami,” ungkapnya dikutip Jumat (28/7/2017).
Iriawan mengaku, bekerja pagi-malam demi memastikan situasi terkendali. Beberapa kali jebolan Akpol 1984 itu memantau langsung dengan menaiki motor trail dan membonceng Mayjen Teddy.
Usai aksi bela Islam itu, rekannya Kapolri Brunei Darussalam, Jenderal Jimmi, menghubungi. Bahkan sangat terkejut melihat banyaknya massa.
“Itu besar sekali. Saya bilang, ‘itu seluruh penduduk Brunei turun ke jalan’. Dia bilang ‘kok bisa’. Itu karena Allah. Itu pengalaman yang tak terlupakan,” ujar Mantan Kapolda Jawa Barat itu.
Adapun demo anti- Ahok dilakukan berjilid-jilid. Di antaranya, ada aksi 411, 212, 313 dan 55. Umat satu suara menyebut Ahok telah menistakan agama. Mantan bupati Belitung Timur akhirnya dihukum dua tahun. Ditahan di Mako Brimob, Kelapa Dua, Depok.
Dalam situasi itu, keamanan ibu kota menjadi tanggung jawab polisi Polda Metro Jaya. TNI pun turun tangan. Bahkan, polisi dari luar Jakarta juga diperbantukan.
Kini Iriawan sudah dimutasi menjadi Asisten Operasi Kapolri. Dia menceritakannya pengalamannya itu saat acara pisah sambut. “Memang selama sepuluh bulan itu tensi tinggi, di atas 140. RPM nya 12 terus, enggak pernah berhenti,” kata Iriawan.
Tugas Lebih Menantang
Kapolri Jenderal Tito Karnavian pun memuji kinerja Iriawan selama di Metro. Selain mengamankan ibu kota, salah satu prestasi, yakni mengungkap penyelundupan narkoba jenis sabu satu ton jaringan internasional di kawasan Anyer, Serang, Banten.
“Penangkapan kasus-kasus besar cukup banyak, narkotika ini dalam sejarah pengungkapan narkotika yang terbesar lah di zamannya Pak Iriawan. Saya beri apresiasi yang amat tinggi. Saya anggap sangat sukses,” kata Tito.
Tito mengaku membutuhkan Iriawan karena ada pekerjaan lebih besar ketika menjadi Asops. Beberapa tugas untuk Iriawan seperti pagelaran Asian Games, World IMF di Bali, dan juga 171 Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada). “Saya memerlukan beliau untuk membantu saya di posisi yang lebih menantang,” tandasnya.
No comments:
Post a Comment