Jangan sok Jadi Pembenci

Ada sepasang kekasih yang kerjanya membicarakan, menjelekkan, dan menyalahkan orang lain. Saya bingung, nanti ketika bertengkar, apa mungkin yang disalahkan orang lain?
Beberapa teman juga membicarakan orang lain dengan berapi-api. Semakin didengar, saya semakin yakin itu bukan lagi pendapat, tapi kebencian.
Mengapa orang begitu senang melakukan itu? Mugkin tidak ada bahan pembicaraan, ingin membagi kesan, atau memengaruhi komunikan?
Apapun alasannya, itu tidak produktif kalau kata pak Jokowi. Presiden ke-7 RI itu mengingatkan kita untuk kerja, kerja, dan kerja. Kecuali Anda seorang pengamat sosial-politik kebencian sebagai penyeimbang dunia.
Ya, sudah sangat mungkin kita seharusnya berubah. Bermain sugesti soal menolak benci. Anda boleh tidak suka, tapi jangan mau rugi. Kok rugi? Ya membenci itu rugi, seperti tenaga, pikiran, ocehan, dan harga diri.
Harga diri pembenci akan jatuh suatu saat nanti. Apalagi jika yang dibenci bisa lebih baik lagi dan semakin baik lagi. Lalu Anda sang pembenci, masih betah aja di sini?
Yah sudahlah, jangan banyak gaya. Seperti sudah jadi superman saja.
Yuk perbaiki mental dengan tidak membenci. Yang malas merendahkan orang hanya karena tak sejalan, tapi melatih diri agar lebih produktif.
Kebenaran jangan dipaksakan tapi disimpan. Tunjukkan dengan kebijakan karena setiap orang punya jalan. Cmwiw.

No comments:

Post a Comment

Pages