Buni Yani, tersangka penghasutan berbau SARA. Kini sengsara entah mau ke mana?
Kata media, Buni sedang ada di titik terendah. Entah serendah apa, yang terlihat senyum bibirnya sudah tak lagi sama.
Buni tidak tenang, gundah gulana mencari keamanan. Katanya, dia diteror usai mengunggah video pidato Gubernur DKI Jakarta, Basuki Tjahaja Purnama ( Ahok), di Kepulauan Seribu yang menyinggung surat Al Maidah 51. Asap tidak sehat dari api yang sengaja dia buat.
23 juta Rupiah santunan prihatin yang ia dapatkan dari Organisasi Gerakan Ibu Nasional (GIN), tampaknya semakin menggambarkan sifat keibuannya. Bukan berarti feminim, tapi Buni lembut hatinya, sehingga menuntut keadilan di negeri tercinta, Indonesia.
Bila dibanding Ahok yang ikhlas saja menerima tuduhan sana sini, tampaknya Buni Yani malah lebih berani menyuarakan pembelaan diri. Dia anggap masalahnya akibat kekompakan “buzzer-buzzer” pendukung Ahok.
Kata Buni nih, apa yang ditulisnya merupakan partial quotation yang sebenarnya lumrah terjadi. Ia menyebut penghilangan atau penambahan kata kutipan tidak masalah sepanjang bertujuan untuk memperjelas dan tidak menghilangkan makna.
"Buzzer-nya belum mengetahui bahwa saya paham masalah ini. Saya tahu masalahnya. Silakan berdebat dengan saya. Yang paling pintar pendukung dia deh, bawa ke sini. Berdebat dengan saya saja untuk masalah ini," kata Buni dalam sebuah jumpa pers yang digelar di kawasan Cikini, Menteng, Jakarta Pusat, Jumat (28/4/2017).
Yah Buni, kasihan sekali. Sampai-sampai Neno Warisman, ketua organisasi keibuan tadi, menganggap dukungan dalam bentuk uang tidak bisa membantu lebih jauh untuk memperbaiki kehidupan Buni lagi.
Maklum, selain diteror, ia juga dipecat bekerja ke sana ke mari. "Saya diminta berhenti dari kampus saya sudah 6 bulan tidak bekerja. Penelitian saya di Belanda dihentikan teror datang terus ke rumah saya," kata Buni. Oh, ternyata Buni dosen.
pak dosen pak dosen (Harianindo.com) |
Dosen ini merasa dizalimi oleh pendukung Ahok. Katanya, ia tidak terima dan kembali melaporkan pencemaran nama baiknya ke polisi, namun tidak ada kelanjutannya. Cup, cup. "Pengadilan hukum tajam ke saya tapi tumpul ke mereka," tegasnya kecewa.
Melihat semua masalah itu, mari ucapkan selamat datang untuk Buni. “Selamat datang Buni di Bumi”. Dimana Bumi, menyajikan dunia yang memberlakukan karma dengan kejahatan yang sama levelnya.
Selamat datang juga di dunia politik ini. Buni kan yang nekat menyentuh kehidupan birokrasi? Apalagi Buni juga seorang jurnalis. Tahu kan dari dulu, bahkan jaman dulu sekali, keadilan itu tumpul ke atas tajam ke bawah? Akhirnya Buni sendiri yang sengsara dan dianggap apa? Yasudahlah nikmati saja ya. Eit… tapi jangan anggap pendukung Ahok di atas ya. Bukan di atas kok, tapi lebih jelas faktanya berkelas, bukan modal isu teri memelas yang melampaui batas.
Sumber 1 dan sumber 2.
Sumber 1 dan sumber 2.