Belakangan ini, pemberitaan di Indonesia sedang didominasi beberapa nama-nama besar. Sebut saja Presiden Indonesia saat ini, Joko Widodo; Gubernur DKI Jakarta, Basuki Tjahaja Purnama (Ahok); Ketua Umum Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan, Megawati Soekarnoputri; Presiden ke-6 RI, Susilo Bambang Yudhoyono; dan Ketua Umum Partai Gerakan Indonesia Raya, Prabowo Subianto.
Kelima nama tersebut hanyalah sebagian dari nama-nama yang kerap muncul di pemberitaan. Namun, nama-nama itu memiliki masa pendukung yang tak bisa diremehkan.
Mereka menjadi bahan berita yang menarik soal isu-isu yang beredar baik di pemerintahan maupun masyarakat. Komentar mereka menunjukkan keberpihakan akan sesuatu ideologi dan sudut pandang suatu permasalahan di NKRI ini.
Menanggapi hal itu, Wildan Wahyu Nugroho, selaku Koordinator Badan Eksekutif Mahasiswa Seluruh Indonesia (BEM SI), menegaskan netralitas pihak BEM SI terhadap apa yang terjadi di Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI), dengan tidak berpihak kepada siapapun dan apapun. Bahkan, ia menempatkan BEM SI sebagai “ekstraparlementer jalanan” yang mewakili suara rakyat dan memperjuangkannya.
Wildan Wahyu saat memberikan kata sambutan dalam Kongres IV KSPI, Selasa (7/2/2017) |
“Kita terlepas dari mereka semua, SBY, Jokowi, Megawati, kita terlepas. Kita tidak mau ikut pusaran-pusaran mereka, terserah mereka mau berperang, mau saling serang, terserah. Kita BEM tidak ikut-ikutan,” ujar Wildan kepada tahuberita.com, usai Kongres IV KSPI di Hotel Grand Cempaka, Jakarta Timur, Selasa (7/2/2017). Bagaimana dengan Prabowo?
Dalam Kongres IV KSPI itu, hadir Ketua Umum dan Ketua Dewan Pembina partai Gerindra, H. Prabowo Subianto. Saat itu, Prabowo mendukung perjuangan buruh untuk menuntut keadilan di Indonesia.
Prabowo juga mendukung pernyataan Presiden Konfederasi Serikat Pekerja Indonesia (KSPI), Said Iqbal, yang menyatakan buruh independen tapi tidak boleh netral. “Saya ucapkan selamat kongres, selamat berjuang, dan terimakasih bahwa saudara tidak akan netral. Saudara, akan mengerti siapa dipihak yang benar, siapa dipihak yang adil, siapa yang membela rakyat, dan siapa yang akan benar-benar mewujudkan demokrasi yang sebenarnya,” ujar Prabowo saat menutup kata sambutannya dalam Kongres IV KSPI itu.
Prabowo sedang memberikan kata sambutan dalam Kongres IV KSPI, Kamis (7/2/2017) |
Kembali ke BEM SI. Untuk diketahui, BEM SI merupakan pihak yang “rajin” melakukan aksi-aksi. BEM SI juga rajin mengkritisi pemerintahan Presiden Joko Widodo atau akrab disapa Jokowi.
Dalam Kongres IV KSPI itu, Wildan memberikan kata sambutannya selaku Koordinator BEM-SI. Wildan mendukung para buruh Indonesia yang menjadi “teman sepermainan” di “ekstraparlementer jalanan”. “Buruh, mahasiswa, menempatkan diri sebagai ekstraparlementer,” ucapnya saat itu meyakinkan.
Meski begitu, Wildan menegaskan, bahwa BEM SI tidak akan melakukan aksi bersama-sama dengan buruh di satu jalan. “Saya pikir kita gak mungkin ya turun bareng, mahasiswa dan buruh di satu jalan yang sama. Tapi, mungkin kita sering menanggapi dalam perjuangan-perjuangan,” ujarnya kepada wartawan usai Kongres saat itu.
Ia pun menantang untuk mengecek aksi-aksi BEM SI selama ini. Wildan menegaskan, BEM SI tidak akan melakukan aksi bersama KSPI. “Bisa cek aksi-aksi kita, biasanya sampingan, buruh sendiri, nanti ada OKP-OKP (Organisasi Kepemudaan) lain sendiri-sendiri,” ucapnya yakin.
“Kita gak pernah gabung sama buruh, saya katakan kalau buruh aksi biasanya mahasiswa tuh gak pernah nyatu, sendiri-sendiri,” tegas Wildan lagi.
Namun, dalam demo evaluasi pemerintahan 2 tahun Jokowi yang sempat kisruh di Jalan Medan Merdeka Barat, pada Kamis (20/10/2016) sore, BEM SI dan puluhan buruh dari Konfederasi Serikat Pekerja Indonesia (KSPI), berkumpul di satu jalan menuntut agar diizinkan berunjuk rasa di depan Istana Negara.
Sekretaris Jenderal Konfederasi Serikat Pekerja Indonesia (KSPI |
Terlihat bendera KSPI dan bendera yang dibawa para mahasiswa. |
Kericuhan terjadi di depan gedung Kementerian Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan. Awalnya, para pengunjuk rasa menuntut untuk menuju area Istana Kenegaraan. Namun, pihak penjagaan kepolisian masih memblokade jalan. “Ayo maju kawan-kawan, kita nyaris sampai menuju Istana Negara,” teriak salah satu koordinator BEM SI, di Jalan Medan Merdeka Barat, Kamis (20/10/2016).
Aksi saling dorong pun tak terhindarkan dan bertahan beberapa menit. Massa melakukan aksi saling dorong ini diiringi mars-mars kemahasiswaan. “Ayo rapatkan barisan rapatkan border. Hati-hati, hati-hati, hati-hati provokasi,” ujar koordinator mahasiswa lagi.
Kembali ke fungsi BEM SI sendiri. Menurut data yang diperoleh dari situs resmi BEM SI (bemindonesia.or.id), BEM SI berfungsi memperluas keterlibatan mahasiswa masa kini yang hanya berkutat pada isu mikro. BEM SI hadir untuk menjadi wadah kekuatan makro yang mengawasi isu-isu nasional. Wildan pun mengklaim BEM SI masa kini tak lagi percaya kepada Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) yang menurutnya ber-mindset pengusaha dan tak pro-rakyat.
Padahal, kabar terbaru, yakni Rabu (15/2/2017), Ketua BEM SI, Bagus Tito Wibisono, menyatakan dukungannya terhadap Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) yang mengajukan angket terkait aktifnya kembali Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) sebagai Gubernur DKI Jakarta meski saat ini telah menyandang status terdakwa.
"Bukan hanya mahasiswa, DPRD DKI Jakarta saja sudah memboikot terdakwa, DPR RI akan mengajukan hak angket, salah satu mantan menteri sudah berstatement konstitusi di media, tandanya ini murni gerakan penegakan hukum. Jika ingin diperkarakan," kata Bagus saat mengecam keras tindakan polisi yang menangkap empat mahasiswa yang melakukan aksi di wilayah Jabodetabek-Banten pada 14 Februari di depan Istana Negara, berdasarkan pernyataan yang diterima Warta Kota, Rabu (15/2/2017).
Bila melihat tindakan BEM-SI itu, pertanyaan soal kemana arah BEM SI pun muncul. Benarkah BEM-SI Netral?
Seorang mahasiswa era tahun 1998, Ferry Putera, menyatakan permasalahan yang mereka hadapi pada tahun 1998 itu jauh berbeda dengan masalah yang sekarang ini. Ia pun menuliskan Surat Terbuka kepada para adik-adiknya Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Seluruh Indonesia
Kepada Para Adinda Mahasiswa
Tahun 1998 lalu kami kakak kalian tampil heroik menjatuhkan Soeharto. Mengapa ? Sebab Yg kami lengserkan saat itu adalah sebuah rezim totaliter yg sangat korup, dan menindas.
Tapi Presiden yang sekarang?
Di zaman sekarang, kekuasaan telah terdistribusi secara efektif sehingga tidak mungkin seorang penguasa bisa berkuasa tanpa batas. Apalagi Jokowi sang presiden tidak ada sedikitpun terindikasi melakukan KKN. Anaknya saja jualan martabak. Semua anggota keluarga tetap melanjutkan kehidupan normalnya tanpa terpengaruh oleh silaunya gelimang harta dan kekuasaan.
….
Lantas kalian demo menuntut Jokowi mundur itu dasarnya apa?
Cobalah berpikir bijak dan cerdas, supaya kalian tidak jadi pecundang hanya karena provokasi segelintir orang picik dan haus kuasa.
Ingat, musuh sejati bangsa ini yang sesungguhnya adala Korupsi, Narkotika, Terorisme, Rasisme dan Penindasan, bukan serorang Presiden yg dipilih secara demokratis oleh Rakyat, tutup Ferry.
Salam!
Salam!
Sumber:
Ketua BEM-SI Kecam Penangkapan Empat Demonstran
http://wartakota.tribunnews.com/2017/02/15/ketua-bem-si-kecam-penangkapan-empat-demonstran via @wartakotalive
Kisruh Demo 2 Tahun Jokowi-JK
http://tahuberita.com/nasional/kisruh-demo-2-tahun-jokowi-jk/
Netralnews.com - Sebuah Surat Terbuka untuk BEM SI: Anak Jokowi Saja Jualan Martabak
http://www.netralnews.com/news/nasional/read/48122/sebuah.surat.terbuka.untuk.bem.si.anak.jokowi.saja..i.jualan..i..martabak#.WKSG7tA-n-0.twitter
Dokumen pribadi