sumber gambar : https://upload.wikimedia.org/
Dikalangan kaula muda, istilah PHP diubah artinya menjadi “Pemberi Harapan Palsu” yang seharusnya singkatan dari “PHP: Hypertext Prepocessor”, yaitu bahasa pemograman yang biasa ditanamkan ke dalam HTML atau simplenya untuk membuat website atau pun aplikasi.
Istilah ini menjadi popular dan sedikit “meracuni” pemikiran
pemuda baik kalangan remaja maupun dewasa. Meracuni di sini lebih ke cara
pandang seseorang terhadap istilah tersebut dan menurut saya itu bisa berdampak
negatif jika terus tertanam dalam benak pemuda di Indonesia.
Kemarin, teman lama saya di SMA datang berkunjung ke rumah
untuk sekedar makan gorengan dan bermain gitar. Namun kali ini sedikit berbeda,
mungkin gayanya yang sekarang seperti om-om
masa kini, atau mungkin kumis lelenya yang sudah dicukur, tapi apapun itu
yang penting dia berbeda.
Awal perbincangan kami hanya membicarakan hal-hal sampah
semacam plastik kresek, ikan basi, daun kering, dan apapun mengenai sampah.
Tapi di saat kami kebingungan sampah apa lagi yang dapat menjadi bahan
perbincangan, saya pun bertanya mengenai kabar pacarnya, dia pun menjawab bahwa
perempuan itu sudah menjadi mantannya. Ya walaupun awalnya saya mengubah jalur
pembicaraan, namun teman saya mengarahkannya lagi ke jalur pembicaraan sebelumnya,
ya saya menikmati saja.
“Putus? Kenapa?” Tanyaku heran oh heran.
“Panjang ceritanya….” Katanya sambil memetik gitar, soalnya
tidak ada jambu di rumah saya, jadi yang dipetik gitar aja.
“Yah, padahal gw suka yang panjang-panjang…” Kataku kecewa.
Dia pun langsung menjauh izin ke belakang, saya tidak tahu
kenapa begitu, mungkin kebelet.
Hingga akhirnya dia menceritakan intinya, bahwa dia sudah
mendapatkan hikmah dari putusnya hubungan mereka. “Intinya, kita ini tidak bisa
memiliki apapun, karena pada dasarnya kita terlahir dengan tidak memiliki
apa-apa” katanya sambil membenarkan celana. Sedikit jijik, tapi ya nikmati saja lah.
Lalu, apa hubunggannya dengan “PHP
itu Mitos”? Setelah itu dia menambahkan :
“Ya kalaupun dia masih ngechat bilang kangen lah apa lah, ya
gw tetep bales dengan dasar memberi kasih. Seperti mengucapkan selamat pagi,
ngabarin kalau balas chat lama, ya gw dengan dasar memberi aja bukan maksud
lain….” Katanya.
Apakah kalian bisa menangkapnya? Ya, pikiran saya pun
terlintas istilah PHP, karena
biasanya orang yang “melakukan” itu di cap PHP. Dan saya dapat menangkap bahwa
Pemberi Harapan Palsu itu tidak ada, yang ada hanya orang yang mau memberi
walaupun hanya sekedar balas chat atau telfon sebagai teman cerita. Saya
akhirnya memutuskan bahwa PHP itu mitos.
Kenapa PHP itu
mitos? Coba kalian hubungkan dengan ego. Saya rasa orang yang merasa diphp-in
itu adalah orang yang mengikuti egonya, dia dengan egonya berasumsi bahwa lawan
jenisnya itu menyukainya dengan tindakan yang dia lakukan. “dia bales chat gw
terus, dia ada rasa kali ya” terus pas sudah menyatakan cinta, dia ditolak dan
langsung mencap si lawan jenis dengan PHP. Kawan, please deh, itu hanya ego
anda, anda hanya tidak ingin disalahkan atas suatu peristiwa, dan anda berharap
orang-orang membela anda dan akhirnya anda terbebas dari rasa malu. Benar?
Relative.
Kalaupun anda masih punya alasan lain untuk mencap seseorang
itu PHP? Silahkan saja. Saya pun tidak memaksakan persepsi anda, karena semua
itu relatif dan saya pun akan menghargai pemikiran anda. Tapi menurut saya PHP itu mitos dan saya hanya
menyampaikan pemikiran saya dalam tulisan ini. Wasalam.
Selamat bahagia!