Penulis (Inisial) : Cnd
Tahun ini adalah tahun pertamaku duduk
di bangku SMK. Sebenarnya sih,
aku tidak mau bersekolah di SMK, tapi
walaupun begitu, ya bersyukur aja. Toh
aku menjadi murid salah satu SMK favorit di Jakarta. Oh iya, Perkenalkan namaku
adalah Candina Putri Meriba, panggil saja Din. Menurut guru–guru di SMP sih, aku adalah anak yang pintar, rajin, sopan,
dan menaati tata tertib sekolah. Ya standar anak baik lah. Aku
tinggal bersama kedua orangtua dan adik laki-laki ku di
keluarga yang sederhana namun bahagia. Hahaha.
Hari ini adalah hari yang aku tunggu, mungkin karena hari ini adalah
hari pertamaku di
SMK. Namun sebelum aku dapat belajar
di sekolah ini, aku harus mengikuti kegiatan
yang dipanitiai
oleh OSIS setiap tahunnya,
yaitu kegiatan MOPDB (Masa Orientasi
Peserta Didik Baru). Katanya
sih, kegiatan ini
dilakukan
untuk melatih dan membimbing siswa–siswa baru untuk mengenal lingkungan sekolah
barunya, padahal nanti juga kenalan.
Selama 3 hari aku dibimbing oleh kakak–kakak
OSIS dalam kegiatan ini,
dan aku cukup salut dengan mereka karena dapat meninggalkan kesan, pesan, dan
pengalaman tersendiri bagiku atau bahkan bagi peserta didik lain.
Setelah 3 hari melelahkan itu berlalu,
akhirnya aku bisa belajar di sekolah ini
dan akhirnya bisa memakai seragam putih abu–abu. Katanya sih, seragam ini akan membuat banyak kenangan, dan pastinya
masa-masa ini gak akan
terulang kembali. Banyak juga yang bilang, pada masa ini kita akan menemui cinta sejati
yang “mungkin” bisa jadi pasangan
hidup kita atau sahabat terbaik kita. Kenapa mungkin? karena cinta tidak harus memiliki.
Hahaha. Aku percaya aja sih, tapi aku akan coba
untuk membuktikannya dan akan aku lalui masa itu satu per satu, dan siapa tahu aku bisa menemui “pangeran” impian ku?
Hari demi hari, bulan demi bulan aku
lalui dengan semangat untuk pergi ke sekolah.
Ada hal yang sepertinya tidak dapat diubah sejak
SMP, aku merasa hanya
mempunyai 3 orang teman dan ngenesnya aku masih jomblo.
Dan guru-guru masih memujiku dengan kata yang sangat tak asing di kupingku
yaitu pintar, pendiam, ramah, sopan, rajin, dan selalu menaati peraturan yang
ada di sekolah. Membosankan,
tapi nikmatin aja, toh masih dalam konteks positif.
Di SMK ini, ada ekstrakulikuler yang cukup beragam, namun aku hanya tertarik
pada ekstrakulikuler kesenian Karawitan Jawa. Musik menjadi alasanku memilih ekskul itu. Selain itu,
ada keinginan untuk memainkan banyak alat musik, ya walaupun hingga saat ini
aku tidak bisa bermain gitar, aku pun bingung kenapa.
Hari ini adalah hari pertama
ku di
ekskul ini, aku memilih bermain alat musik Slentem. Slentem itu salah satu instrument gamelan, dimainkannya
dengan cara di pukul dengan alat pemukulnya,
seperti alat musik Xilophone
yang biasa dimainkan oleh anak–anak kecil. Walaupun
begitu, alat musik lain tidak lepas dari tangan kepo ku, seperti Bonang
Barung, Gong, Gender, Peking, Kenong, Ketuk, dll.
Latihan sedikit rumit,
mungkin karena baru pertama kali. “Huh, lelah juga, tapi besok harus lebih baik
lah,” Kataku ngedumel. Tiba-tiba aku mendengar suara kendang, ku pikir cara
bermainnya tidak buruk, bahkan keren. Aku mencari darimana suara itu berasal.
“….ng,” Aku tertegun
sejenak. Mungkin aku tidak mengerti kenapa, tapi aku merasakan hal yang aneh,
seperti terpesona dengan permainanya yang luar biasa. Sepertinya dia kakak kelas
ku, soalnya dia tidak botak (Soalnya anak baru dipaksakan botak).
Mungkin ini cinta pandangan
pertama.
“hush, ngawur kamu,” kataku
berbicara sendiri.
Esoknya, setiap
berlatih karawitan aku selalu memperhatikan
dia.
Entah, dia sangat mempesona saat bermain kendang, tapi saat tidak
bermain kendang pun, dia tidak jelek.
Aku dengar-dengar kalau kakak
kelas itu bernama Rio. Nama yang tidak
asing, mungkin karena aku sering bermain Angry Bird(?)
Suatu hari tim Karawitan sekolah ku
akan mengikuti sebuah lomba se-nasional dan aku turut serta dalam tim Senang bukan main, karena ini pertama kalinya, dan mungkin karena kak Rio juga ikut
serta dalam lomba tersebut. Aku pun
mulai berfikir ini rasa suka yang aneh. Aku merasa mendapat energi lebih jika ada dia.
Sampai akhirnya dari latihan itu, aku bisa mengenal kak Rio. Banyak informasi yang aku dapat tentang dia. Awalnya sih senang, namun hingga aku tahu bahwa kak Rio sudah
memiliki pacar, aku pun menjauh. Aku
tidak mau mempunyai masalah dengan kakak kelas,
hanya karena hal sepele
nanti aku menjadi bahan tertawa dan ejekan mereka.
Aku tidak mau.
To be continued…